Golongan Darah
Golongan darah adalah pengelompokan darah
berdasarkan keadaan antigen dalam darah seseorang. Antigen ini merupakan zat
yang terkandung dalam sel darah merah. Setiap golongan darah memiliki ciri
khusus sehubungan dengan perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan
sel darah merah tersebut. Ilmuwan pertama yang berhasil mengelompokan golongan
darah adalah seorang Karl Landsteiner. Karl Landsteiner yang berkebangsaan
Austria ini kemudian menerima penghargaan Nobel atas prestasinya dalam
penggolongan darah pada 1909. Beliau
menggolongkan darah dalam tiga golongan
besar, yakni A,B, dan O. Selanjutnya rekan beliau Alferd Von Decastello dan
Andriano Sturli menemukan adanya golongan darah AB yang memiliki antigen A dan
B secara bersamaan.
Selain penggolongan darah sistem ABO di kenal juga
penggolongan darah sistem Rhesus. Rh atau Rhesus ini disebut sebagai rhesus
faktor yang di temukan oleh Landsteiner
dan Weiner pada tahun 1940. Waktu itu mereka melakukan penelitan dengan obyek
seekor kera jenis rhesus, inilah yang membuat hasilnya dinamakan sistem rhesus.
1. Golongan Darah A
Di dalam golongan darah
A terkandung antigen A dan antibodi β yang bersifat menggumpalkan antigen B,
Dari fakta ini, pemilik golongan darah A hanya dapat menerima golongan darah
lain yang memiliki antigen sama (golongan darah A) atau tidak memiliki antigen
(golongan darah O) serta menolak golongan darah yang mengandung antigen B
(golongan darah B dan AB). Proses penolakan ini di tunjukan dengan adanya
proses penggumpalan darah (aglutinasi) yang dapat berdampak fatal bagi reseptor
darah (pemilik golongan darah A). Sebenernya, terjadinya penggumpalan darah
(algutinas). Pada golongan darah A tidak hanya disebabkan oleh masuknya darah A
tidak hanya disebabkan oleh masuknya darah yang mengandung antigen B tetapi
juga dapat dipicu faktor lain seperti virus, bakteri maupun makanan.
2. Golongan Darah B
Golongan darah B adalah golongan darah yang memiliki antigen B pada
permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadapa antigen A
dalam serum darahnya. Dapat pula dikatakan bahwa golongan darah B adalah
golongan darah yang mempunyai aglutinogen B dan aglutinin alpha pada sel darah
merahnya. Orang yang mempunyai golongan darah B hanya dapat menjadi donor bagi
orang yang bergolongan darah B dan AB atau menjadi resipien dari orang yang
bergolongan darah bergolongan B atau O saja. Orang yang bergolongan darah B
tidak bisa menjadi donor bagi orang yang bergolongan A dan O karena akan
mengakibatkan penggumpalan darah pada darah resipien. Begitu juga sebaliknya,
orang yang bergolongan darah B tidak bisa menjadi resipien dari orang yang
bergolongan darah A.
3. Golongan Darah AB
Golongan darah AB merupakan perpaduan antara golongan darah A dan B.
Pemilik golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B,
serta tidak menghasilkan antibodi terhadap A maupun B. Kondisi tersebut
mengakibatkan , orang yang golongan darah AB-Positif dapat menerima darah dari
orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun,
orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali
pada sesama AB-positif. Golongam darah AB lebih stabil dari golongan darah
lainnya karena memiliki sebagian besar keuntungan dan intoleransi dari golongan
darah A dan B. Sejauh ini golongan darah AB merupakan golongan darah yang masih
sedikit dan sulit untuk dijumpai dibandingkan dengan golongan darah lainnya.
Golongan darah O
merupakan jenis golongan darah yang paling umum dan jumlahnya paling banyak
dijumpai daripada golongan darah lain. Orang dengan golongan darah O memiliki
sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi dari antigen A dan antigen
B. Orang yang bergolongan darah O dapat mendonorkan darahnya kepada orang yang
bergolongan darah A,B, AB, dan O sehingga mereka disebut donor universal.
Namun, orang yang bergolongan darah O hanya dapat menjadi resipien(penerima)
dari golongan darah O. Dengan demikian , jika orang yang bergolongan darah A,
darah orang bergolongan darah O tersebut akan mengalami penggumpalan (aglutinasi),
begitu pula jika mendapat transfusi dari golongan darah O. Hal ini terjadi
karena golongan darah O tidak mempunyai aglutinogen A maupun aglutinogen B.
Oleh karena itu, orang yang bergolongan darah O tidak bisa menjadi resipien
dari golongan darah yang lain,melainkan harus dari orang yang bergolongan darah
O juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar