Jumat, 27 Juni 2014

Penjual Koran Tetap Berdikari Meski Hanya Punya Satu Kaki

Halaman 1 dari 2
Edi
Jakarta -

Terik sengatan mentari begitu menampar di pesimpangan Jl Matraman - Jl Pramuka, Jakarta Timur. Lampu penanda di tengah sana seperti bola api yang semakin menambah panas ketika warna merahnya menyala.


Bentakan klakson memekikan telinga seperti tawon-tawon mengepung bunga. Ternyata ada yang tetap tersenyum dan menghampiri orang-orang berklakson itu, nama dia Trimo 'Edi' Puji Slamet (35) si loper koran.


"Koran dulu, Pak. Ini ramai-ramai soal debat capres semua. Tinggal pilih saja, Pak mau yang mana," kata Bang Edi pada siang panas di hari Rabu (25/6/2014).


Sekilas tampak seperti penjaja koran biasa, yang berbeda adalah dia berjalan sambil melompat-lompat. Setelah kap mobil sedan hitam itu sudah tak menutupi bawah tubuhnya lagi, barulah terlihat sosok Edi sepenuhnya yang hanya memiliki kaki kiri.

Tak beralas kaki pria itu padahal aspal hitam kelam amat panas. Ketika lampu mulai menguning, Bang Edi segera bergegas menepi dan menunggu lampu kembali merah membara.

"Buat saya tak ada istilah orang miskin. Tapi yang ada itu orang tidak bahagia. Saya tidak mau dibilang orang miskin, selama saya masih bisa bahagia bagaimana pun caranya saya bukan orang miskin," tutur Bang Edi yang akan membuat takjub siapa pun yang mendengar.

Diteguk kemudian botol minuman air mineral untuk sekedar membuat tenggorokan segar kembali. Saat lampu kembali menyala merah, dengan sigap dia berdiri dan mendekati mobil-mobil untuk menawari mereka informasi regional dan nasional.

Membayangkan berjalan di atas panasnya aspal ibukota saja sudah tak mungkin. Namun Bang Edi bahkan melompat-lompat dari saf kendaraan paling depan sampai paling belakang.


Semangat memang tak bisa ditentukan dengan utuhnya anggota tubuh. Tak ada alasan bagi orang untuk patah arang sebelum berjuang.


"Kaki saya seperti ini karena kecelakaan dulu tahun 2002 di Jatinegara. Waktu itu saya menyeberang rel terus jatuh, lalu kereta lewat dan kena kaki kanan saya," kenang Bang Edi.

Saat itu Bang Edi masih bekerja sebagai kenek truk barang dan hendak berangkat bekerja. Tak disangka hari itu sedikit menghentikan langkahnya menjemput impian.

Dibawalah Bang Edi ke rumah sakit terdekat oleh sebuah yayasan Katholik. Ternyata tak ada pilihan lain selain diamputasi.

"Dua kali saya diamputasi, pertama cuma telapak kaki saja dan kedua sampai lutut biar bisa pakai kaki palsu," ucap Bang Edi.

"Tapi jarang saya pakai kaki palsunya, soalnya malah bikin jalan saya lambat. Kaki itu saya pakai buat naik motor saja sama nggendong anak," lanjut dia.

Rupanya Bang Edi baru mendapat tambahan semangat setelah enam bulan silam istri tercinta yang dinikahi dua tahun melahirkan si pejuang kecil. Semakin kuat dia untuk tetap berdiri di atas kaki sendiri meski hanya kaki kiri saja.

"Punya istri yang mencintai saya apa adanya dan satu anak, gimana saya tidak bahagia?" kata Bang Edi dengan senyum simpul.

Sumber : Detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar